Jumat, 24 Februari 2023
Strategi Memasarkan Buku
Buku Ajar VS Bahan Ajar
Resume Hari ke-19
Gelombang ke 28
Tanggal : 20 Februari 2023
Tema : Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber : Dr. Mudafiatun Isriyah, M.Pd
Moderator : Murmainah
Rabu, 22 Februari 2023
Diksi Dan Seni Dalam Berbahasa
Resume Hari ke-18
Gelombang ke 28
Tanggal : 17 Februari 2023
Tema : Diksi dan Seni Bahasa
Narasumber : Maydearly
Moderator : Widya Arema
Senin, 20 Februari 2023
Membuat Puisi, Nyok
Resume Hari ke-17
Gelombang ke 28
Tanggal : 15 Februari 2023
Tema : Menulis Puisi
Narasumber : Dr. Hj. E. Hasanah, M.Pd
Moderator : SIM Chung Wei, SP
Buku Digital adalah Suatu Keniscayaan
Resume Hari ke-16
Gelombang ke 28
Tanggal : 13 Februari 2023
Tema : Langkah Menyusun Buku secara Sistematis
Narasumber : Nur Dwi Yanti, S.Pd
Moderator : Dail Ma'ruf, M.Pd
Rabu, 15 Februari 2023
Mau Kemana Ketika Datang Masa Tua
Menyusun Buku Ternyata Mudah
Resume Hari ke-15
Gelombang ke 28
Tanggal : 10 Februari 2023
Tema : Langkah Menyusun Buku secara Sistematis
Narasumber : Yulius Roma Patandean, S.Pd
Moderator : Arofiah Afifi, S.Pd
Assalamualaikum, apa kabar sahabat semua? Senang sekali kita bisa bertemu pada kegiatan kali ini. Pertemuan Ke-15 pada Kegiatan Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28. Semoga dalam keadaan sehat semua. Saya mendoakan sahabat semoga dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak kurang satu apa pun. Bila sedang sakit semoga Allah segera sembuhkan kembali. Bila sedang menghadapi suatu kesulitan segera Allah beri jalan keluar dari setiap kesulitan dan diberi kemudahan. Aamiin..
Arofiah Afifi yang lebih dikenal dengan Ovi. Akan mengawal dan mendampingi narasumber malam ini selalu moderator, selam kurang lebih 2 jam ke depan.
Sebelum kita mulai perkuliahan, moderator mengajak peserta KBMN untuk berdoa. Kelas akan dibagi menjadi 4 sesi, yaitu : (1). Sesi pembukaan dari moderator, (2). Sesi paparan materi, (3). Sesi tanya jawab, dan (4). Sesi Penutup.
Materi pertemuan kali ini bertema "Langkah menyusun buku secara sistematis" dalam rangka menerbitkan buku usai pertemuan 30 nanti.
Adapun manfaat menulis buku adalah sarana untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri atas hasil karya yang telah selesai dibuat. Artinya kita pantas menghargai diri kita sendiri, sebagai personal branding, sehingga kita akan memotivasi diri untuk lebih berkarya. Juga sebagai amal Sholeh berupa ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak. Selain itu juga sebagai bukti sejarah bahwa kita pernah hidup dengan meninggalkan sebuah buku.
Bapak Yulius Roma Patandean, S.PD Narasumber kita lahir di Salubarani, Tana Toraja, 6 Juli 1984. Penulis dan editor profesional, dengan menyandang kelulusan ujian sertifikasi lewat skema Sertifikasi Penulisan Buku Non Fiksi. Wah hebat 👍👏
Menulis merupaka sesuatu yang unik ketika baru dimulai apalagi kalau belum terbiasa. Ternyata menulis itu Ikin ketagihan dan harus dibiasakan setiap hari (slogan Omjay yang sering kita dengar). Semua bisa jadi bahan tulisan. Apa yang dilihat, dirasakan, dibayangkan dan bahkan dialami bisa dituliskan. Bila ide takut hilang tuliskan di blog pribadi atau blog Kompasiana.
Ada aplikasi yang bisa digunakan supaya naskah buku itu bisa "sistematis", seperti Zotero dan Mendeley yang populer. Tetapi narasumber lebih menyukai memakai versi gratis MS Word. Saya juga setelah ini jatuh hati padanya.. hehe.
Tips dari narasumber : "Jika masih ragu-ragu, maka Cobalah menulis, menyusun dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa ada per-COBA-an. Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba. Percobaan mendorong teman-teman untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Pertanyaannya, apakah sekedar selesai mencoba atau mau melanjutkan? Jika hendak melanjutkan, maka LAKUKAN dengan segera. Praktekkan sekaligus, biarkan mengalir bersama jari-jari mungil teman-teman. Melakukan proses lebih dalam menulis membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran. Penasaran tentang apa yang akan saya tulis, susun dan terbitkan. Ketika Menulis harus menjadi sebuah budaya. Maka, BUDAYAKAN bersama dengan praktek menyusun dan mengedit naskah. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya. KONSISTEN adalah langkah pamungkas dalam teori menulis, menyusun dan mengedit naskah yang selama ini saya lakukan. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam mempraktekkannya."
Materi malam ini menambah ilmu lagi. Semoga ilmu yang diberikan narasumber kita bermanfaat bagi kita. Saya yang meresume kan dan anda yang membacanya serta bagi narasumber semoga jadi amal jariah dari ilmu yang bermanfaat.
Minggu, 12 Februari 2023
Buku Nonfiksi Bagaimana Menyusunnya?
Resume Hari ke-14
Gelombang ke 28
Tanggal : 8 Februari 2023
Tema : Konsep Buku Nonfiksi
Narasumber : Musiin, M Pd
Moderator : Yandri Novita Sari, S.Pd
Assalamualaikum, apa kabar sahabat semua? Senang sekali kita bisa bertemu pada kegiatan kali ini. Pertemuan Ke-14 pada Kegiatan Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28. Semoga dalam keadaan sehat semua. Saya mendoakan sahabat semoga dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak kurang satu apa pun. Bila sedang sakit semoga Allah segera sembuhkan kembali. Bila sedang menghadapi suatu kesulitan segera Allah beri jalan keluar dari setiap kesulitan dan diberi kemudahan. Aamiin..
Tulisan nonfiksi adalah karya tulisan yang bersifat baku dan berdasarkan fakta. Tulisan yang memberikan informasi tentang fenomena fenomena aktual yang terjadi dan dapat dibuktikan sumber kebenarannya dengan empirik. Tulisan nonfiksi adalah 1). Tulisan ini bersifat objektif dan berbasis data dan fakta; 2). Bahasa yang digunakan juga bersifat denotatif, apa adanya; 3). Berisi penjelasan tentang suatu hal atau objek tertentu yang faktual; 4). Penjelasan berupa fakta/gagasan (tabel, infografis, diagram)
Narasumber sudah berhasil mengalahkan ketakutan dari dirinya. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensi saya untuk menulis. Itu juga kerap saya alami. Ayo diri kamu juga bisa mengalahkan ketakutan itu.
Narasumber melanjutkan ketakutan-ketakutan yang beliau rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Alhamdulillah, ketakutan itu telah berhasil beliau kalahkan.
Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit)
Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.
Contoh: Buku Panduan
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)
Proses penulisan buku nonfiksi terdiri dari 5 langkah, yakni
1. Pratulis
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan
Langkah Pertama
Pratulis
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6. Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat Mind Mapping
9. Menyusun kerangka
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku
9. Survey
10. Wawancara
Artinya, kita tidak akan bisa menulis dengan bagus, jika kita tidak pernah membaca dan mengupdate pengetahuan kita. Referensi berasal dari data dan fakta yang diperoleh dari literasi di internet.
Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
2. Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
4. Penemuan yang telah didapatkan.
5. Pemikiran yang telah direnungkan
Berikut ini adalah anatomi buku nonfiksi. Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
Demikian, pertemuan ke-14 hari ini yang dapat saya buat resume ya. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Sabtu, 11 Februari 2023
Selamat Jalan Babe Salam
Jumat, 10 Februari 2023
Berpantun Dengan Benar
Resume Hari ke-13
Gelombang ke 28
Tanggal : 6 Februari 2023
Tema : Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd
Moderator : Dail Ma'ruf, M.Pd
Assalamualaikum, apa kabar sahabat semua? Senang sekali kita bisa bertemu pada kegiatan kali ini. Pertemuan Ke-13 pada Kegiatan Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28. Semoga dalam keadaan sehat semua. Saya mendoakan sahabat semoga dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak kurang satu apa pun. Bila sedang sakit semoga Allah segera sembuhkan kembali. Bila sedang menghadapi suatu kesulitan segera Allah beri jalan keluar dari setiap kesulitan dan diberi kemudahan. Aamiin..
Ustadz Hadi menerangkan bahwa pantun identik dengan suku bangsa Melayu. Namun, tiap daerah memiliki pantun. Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006). Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno,200yDi Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006). Saat ini p CDantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)
Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, berikut terdapat definisi pantun. Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019). Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun.
Satu bait pantun terdiri atas empat baris dan satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran. Baris ketiga dan keempat disebut isi. Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b
Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat.Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris. Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya.
Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan
Sementara gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan.
Ayok, membuat pantun.
Kamis, 09 Februari 2023
Menulis Kemudian Apa yang Harus Dilakukan?
Resume Hari ke-12
Gelombang ke 28
Tanggal : 3 Februari 2023
Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Narasumber : Susanto, S.Pd
Moderator : Helwiyah, S.Pd, MM
Assalamualaikum, apa kabar sahabat semua? Senang sekali kita bisa bertemu pada kegiatan kali ini. Pertemuan Ke-12 pada Kegiatan Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28. Semoga dalam keadaan sehat semua. Saya mendoakan sahabat semoga dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak kurang satu apa pun. Bila sedang sakit semoga Allah segera sembuhkan kembali. Bila sedang menghadapi suatu kesulitan segera Allah beri jalan keluar dari setiap kesulitan dan diberi kemudahan. Aamiin..
Moderator memberi membuka dengan pertanyaan "Pernah Membaca tulisan yang salah ejaan dan typo pengetikan ? Bagaimana rasanya?" Jika kita di posisi penulisnya , apa yang harus dilakukan sebelum tulisan dipublish?
Judul materi malam ini adalah "Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan"
Setiap menulis hendaknya tulisan diendapkan, 'dibiarkan' dahulu. Agar Setelah tulisan 'jadi' kita dapat membacanya lagi nanti agar kita tahu apakah ada kesalahan ketik, tanda baca, dan sebagainya. langkah selanjutnya adalah melakukan swasunting atau padanannya barangkali 'self editing'
Narasumber menyampaikan pada audiensi perubahan kaidah, yaitu pengkhususan penulisan bentuk terikat maha- untuk kata yang berkaitan dengan Tuhan. Pada ejaan sebelumnya, aturan penulisan kata terikat maha- ada yang dipisah dan digabung sesuai syarat dan ketentuannya. Sementara pada EYD edisi V, aturan penulisan kata terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, semua ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan. Contohnya: Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengampun. Untuk aturan penggunaan tanda baca, sepertinya tidak ada perubahan.
Di buku yang ditulis adalah Editor, bukan proofreader. Proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya.
Sementara editing, orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor, Editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Proofreader melakukan uji baca kembali. Mengutip laman uptbahasa.untan.ac.id, dibeberapa jurnal, mereka mewajibkan para penulis untuk mem-proofread artikel mereka terlebih dahulu sebelum dikirim ke editor
Salah satu "tugas" Proofreading adalah memastikan tulisan itu "bisa diterima logika dan dipahami". Permasalahannya, jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Untuk menyiasati permasalahan ini jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Hal itu tidak akan terjadi, jika tulisan di-ENDAPKAN dahulu. Jika cara itu juga kita merasa seperti itu (semoga bukan karena egois ya he he he, berikan kepada orang lain, meminta orang lain untuk membaca). Analoginya, pemain bola akan fokus dan merasa sudah benar menggiring serta menendang ke arah yang benar.
Proffreading ini sesuatu tahapan wajib setelah kita melalui tahap editorial. Kita menulis laptop menggunakan keyboard, di tablet atau hape pun menggunakan keyboard. Mungkin KBBI-nya tepat akan tetapi, karena tanpa sengaja tombol tertentu, misalnya spasi, ikut tersentuh, melompat satu huruf dong. JANGAN SEKALI-KALI MELAKUKAN PROOFREADING KETIKA TUILISAN BELUM SELESAI ATAU BELUM JADI HINGGA PARAGRAF TERAKHIR.
Selain typo adakah ciri-ciri lain kalimat tidak efektif sehingga tulisan kita tidak renyah dibaca. Ciri lainnya pedomani EYD untk penggunaan tandta baca dan tentu saja kosa kata, kalimatnya muter-muter dengan kosa kata yang itu-itu saja, membuat kalimat juga tidak efektif.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya penulis nya dan juga anda pembaca Budiman.
Senin, 06 Februari 2023
Majalah Sekolah Impian Yang Harus Diwujudkan
Resume Hari ke-11
Gelombang ke 28
Tanggal : 1 Februari 2023
Tema : Mengelola Majalah Sekolah
Narasumber : Widia Setianingsih, S.Ag
Moderator : Mutmainnah, M.Pd
Assalamualaikum, apa kabar sahabat semua? Senang sekali kita bisa bertemu pada kegiatan kali ini. Pertemuan Ke-11 pada Kegiatan Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang ke-28. Semoga dalam keadaan sehat semua. Saya mendoakan sahabat semoga dalam keadaan sehat wal afiat dan tidak kurang satu apa pun. Bila sedang sakit semoga Allah segera sembuhkan kembali. Bila sedang menghadapi suatu kesulitan segera Allah beri jalan keluar dari setiap kesulitan dan diberi kemudahan. Aamiin..
Kuliah kita malam ini dipandu oleh ibu Mutmainah, M.Pd yang bisa disapa teh emut. Narasumber kita adalah ibu Widya Setianingsih, S.Ag.
Keberadaan majalah sekolah tentu sangatlah penting sebagai media penampung karya siswa sekaligus sebagai media komunikasi. Majalah sekolah bersifat informatif, edukatif, dan tentu juga kreatif.
Setiap sekolah tentu kital ingin dikenal oleh khalayak luas. Baik sekolah negeri, lebih-lebih sekolah swasta. Selain itu sebagai lembaga formal, komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orangtua, masyarakat sebagai STAKE HOLDER sangat diperlukan. Semua itu dapat terjawab dengan hadirnya Majalah Sekolah.
SDM kurang, biaya tidak ada dan dukungan dari sekolah kurang optimal. Itu sama dengan pikiran yang saya dan teman saya rasakan awal mula berdirinya Kharisma (nama majalah sekolah kami).
Ibu Widya menuturkan awal mula, hanya ada dua orang yang merintis terbitnya majalah sekolah. Satu teman saya sebagai pimred merangkap layouter. Jangan dibayangkan majalah Kharisma diawal seperti saat ini bpk/ibu. Majalah kami hanya berukuran setengah kertas folio. Untuk mencetaknya kami hanya mampu fotokopi. Layout dengan cara gunting dan tempel.
Kemampuan menulis apa adanya bukan soalan. Yang kami inginkan hanya berbagi informasi, berita, dan cerita tentang anak didik kami. Akhirnya majalah pertama sekolah kami bisa sampai ditangan anak-anak didik kami. Saat itu penggandaan majalah didanai oleh sekolah.
Perjalanan Majalah sekolah yang apa adanya tersebut berjalan hingga dua tahun. Tetap dengan dua crew yang bertugas rangkap. Sampai akhirnya kami harus melepas majalah Kharisma di tahun ke tiga. SDM yang terbatas dan dana menjadi kendala utama.
Setelah Dua tahun Kharisma melakukan hibernasi. Hingga akhirnya kami bangun kembali. Selama tidur panjang kami sibuk berbenah. Crew Majalah kami lengkapi. Mulai dari penasehat, penanggung jawab, pimred, bendahara, editor, layout, hingga 4 orang pemburu berita. Akhirnya majalah sekolah kami lahir kembali. Finally *"KHARISMA REBORN"*
Kunci utamanya adalah MAU. Ibarat kita berjalan ada tembok menghadang. Cari jalan lainnya. Entah harus memutar, ataukah mencari jalan lain yg sepadan. Artinya setiap kesulitan ada kemudahan yang Allah siapkan. Jangan takut mencoba, maka kita akan tetap stuck di tempat.
Penulis juga maju mundur, untuk membuat majalah sekolah tapi angan mempunyai majalah sekolah bukan angan angan. Semoga majalah sekolah saya tidak hanya cita-cita.